Membangun studio game emang sangat tergantung dengan banyak variable, misalnya siapa yang menjalankan, keadaan lapangan, duit yang kita punya, dan masih banyak lagi.
Kali ini aku mau share dari pengalaman aku ngebangun studio game bernama 4Happy Studio yang sekarang udah berubah nama jadi Hiscory, mulai dari anak sekolahan yang bahkan ga tau apa itu startup, apa itu saham, apa itu founder, dan istilah-istilah “keren” di dunia perstartupan sampe sekarang berjalan hampir 6 tahun di dunia game development.
Kenapa Game?
Semua berawal dari pertanyaan, kenapa harus game? kenapa ngga aplikasi? kenapa ga usaha-usaha lainnya yang mungkin duitnya lebih gede dan lebih mending resikonya, mungkin ini pertanyaan yang sebenernya ga muncul di awal ketika pertama kali membangun studio game, justru muncul ketika 3 – 4 tahun setelahnya.
Kalo menurutku, jawabannya sangat tergantung dengan tujuan hidup masing-masing kita, dan alasan yang jadi pondasi yang kuat untuk mempertahankan idealisme kita sebagai game developer.
Kalo aku sendiri karena aku suka banget bikin suatu “karya” terus dicobain sama orang lain, terus dia seneng dan menikmati, sebenernya bisa dicapai dalam bentuk lain selain game kan?, tapi aku lebih memilih game karena kebetulan paling deket dan paling relate dengan aku adalah game, mungkin kalo kita bahas sedikit mengenai Ikigai, sebuah filosofi mengenai tujuan hidup dari negara matahari terbit alias jepang, aku menemukan tujuan hidupku dari Ikigai tersebut, mungkin ntar kita bisa bahas dipostingan selanjutnya ya..
Ada juga yang bikin game karena pengen nyari duitnya aja dan itu ngga salah juga, cuman sepengetahuanku, rata-rata game dev terutama di Indonesia punya alasan atau tujuan yaitu passion (yang bikin kita “ga apa-apa ga ada duitnya, yang penting seneng atau ego kita terpenuhi hahaha”)
Nyari Pasukan
Dulu ketika aku cuman punya modal mimpi, ku jual mimpiku ke temen-temen yang kuanggap bisa ngebantu, karena dulu prinsipnya yaudah yang penting dapat temen yang mau bikin game bareng.
Dan itu penting banget dan emang ada perbedaan kesulitan tertentu, kalo menurutku, pembuatan tim atau pasukan itu emang sangat tergantung sama keadaan masing-masing kita. Kalo ibarat main game, kita ga bisa milih difficulty nya apa, tapi kayak kepilih random aja gitu, kadang ada yang dapat hard, ada yang dapat easy juga.
Mungkin kita emang ga bisa menentukan kita terlahir sebagai orang dari background apa, apakah keluarga kita kaya, apakah kita punya akses kesini atau kesitu, dan itu menentukan seberapa keras kita berjuang, tentu membuat tim dengan keadaan kita ga punya uang sama kita yang udah dari lahir ada uang akan berbeda. Kalo di dalam stoicism itu sebutannya dichotomy of control, dimana kita sebenernya ga perlu mikirin hal yang diluar kendali kita. Untuk lebih lanjut aku saranin baca buku Filosofi Teras
Kalo dari kondisiku, aku belum mampu membayar tim untuk bergabung dan bikin game bareng, yang kulakukan saat itu adalah “menjual mimpi”, kusampaikan apa yang akan kita buat dan apa yang akan dicapai, tentu ga semua percaya dan ga semua tertarik dengan bacotan ku ini, karena ketika kita belum jadi apa-apa, hanya sedikit orang yang mendengarkan kita.
Pada akhirnya, seleksi alam pun terjadi, orang-orang yang sejalan akan bertahan, orang-orang yang tidak sejalan, mau kita pertahankan pun pada akhirnya pasti akan pisah juga. Bedanya makin lama kita tahan, makin ribet pula prosesnya.
Menjaga Api Unggun
Setelah menemukan tim yang tepat, PR selanjutnya adalah membuat mereka tetap termotivasi, ibaratnya mereka adalah api unggun yang harus kita jaga apinya supaya ngga redup atau bahkan mati, itu adalah tanggung jawab kita sebagai leader.
Salah satu cara yang menurutku oke adalah membuat kemenangan kecil, buat mereka percaya kalo kita sedang ontrack dengan mimpi yang tadi “dijual”, perlahan mulai terlihat mimpinya, misalnya game yang kita buat akhirnya bisa dimainin meskipun banyak bug. Ikut acara pameran dan dimainin oleh orang banyak juga merupakan kemenangan kecil, karena kita ngeresain rasanya karya kita dimainin oleh orang lain itu kayak ngebakar semangat api unggun tadi.
Masalah yang sering terjadi adalah prioritas, karena tim kita masih belum menghasilkan duit, kita menganggap ini bukan prioritas, karena hasilnya itu hampa atau tidak terasa secara langsung. Ada yang sambil kuliah, ada yang sambil kerja, dan mungkin masih main-main sama temen dan lupa waktu (menikmati masa muda katanya hehe).
Magic Word
Kalo kita membuat tim kayak gini, aku selalu ngebayangin kita kayak lagi bikin kapal yang harus berlayar ke “unknown location”, sebagai leader (kapten kapal), kita harus menentukan kapal kita mau berlayar kemana dan dengan alasan apa.
Misalnya, magic word yang sering aku katakan ketika bersama timku dari dulu sampe sekarang adalah “Kita disini belajar bareng, berkarya bareng, kalo dapat duit atau gaji itu bonus, tuangin karyamu di Hiscory, ayo kita wujudin bareng-bareng”.
Itu baru alasan kenapa kita harus berlayar bareng, selanjutnya kita tentukan kita mau kemana, maksudnya itu tim atau studio ini mau ngapain dan ngerjain apa, mungkin sebagian pemula ngga kepikiran atau ngga tau mau kemana, tips yang paling mudah adalah, nyari role model studio yang paling deket dengan kita atau yang paling makesense untuk ditiru, misalnya nih aku seneng banget liat studio Digital Happiness (yang bikin game horror DreadOut), dengan culture mereka yang nyantuy kerjanya tapi kerjaan kelar
Ibaratnya kita pas lagi berlayar, liat kapal sebelah, mau kearah mana, dan jangan lupa juga liat kapal sendiri, apakah kita mampu ke arah tujuan tersebut, karena ngga semua kapal itu mampu dan cocok ke arah yang kapal lain tuju, kenapa? karena banyak faktor yang menentukan, pertama culture tim, kita ga bisa memaksakan tim kita harus ikut banget dengan culture tim studio lain, karena culture itu sebenernya hasil dari penyesuaian kebiasaan antara tim (majority) dan kebiasaan yang diharapkan. That’s why kalo ada anggota tim baru yang ngga cocok sama culture tim, pasti dia ngga sanggup lama-lama bareng tim itu. Mungkin kita bisa bahas culture lebih lanjut next time.
Contoh lainnya, kita ngga mungkin ngikutin studio yang bikin game 3D realistic kalo majority tim kita 2D artist. Kayak kapal kecil disuruh ketengah samudra dengan ombak 30 – 100 meter, tinggal nunggu kebalik aja kapalnya hahaha. Jadi poinku disini adalah sesuaikan tim dengan kemana kita mau pergi dan apa yang mau kita buat, karena game bagus ngga harus 3D, ngga harus banyak duitnya, ngga harus MMORPG, kalo game bagus itu adalah game yang ngasilin duit banyak, berarti game judi itu game bagus? ya kalo tujuan kita adalah duit dan ngga mikirin halal haram sih itu masing-masing ya. Tapi kalo menurutku game yang bagus adalah game yang dinikmati sama playernya dan membuat player melupakan masalah hidupnya sejenak, bukan nambah masalah dan bikin boncos hahaha.
Terakhir, Ngasah Pedang
Tiap kita masing-masing orang dalam tim, harus mengasah pedang dengan kemampuan masing-masing dibidang yang unik (kalo bisa), supaya saling membackup, ga bisa dipungkiri kalo kita banyak yang jadi Avatar the legend of ang yang harus menguasai seluruh elemen untuk survive, dan itu normal.
Saran dariku, cari mentor yang “cocok” untuk mempercepat mengasah pedang kalian, pedang yang kumaksud disini adalah “skill dalam membuat game”. Dan menurutku yang PR dan perlu dikuasai secepatnya adalah, mengerti tentang workflow bikin game dari 0 sampe rilis, karena kita mungkin bisa baca itu di Internet, tetapi secara eksekusi rasanya beda banget, harus trial & error.
Untuk diawal, utamakan efektifitas dibanding efesiensi, jangan perfeksionis, selesai lebih baik daripada sempurna.
Sebagai leader, bantu timmu untuk mengasah pedangnya, kita harus lebih dari mereka, kita harus lebih jago, lebih bijak, lebih baik. Kenapa gitu? karena kita orang pertama yang dicontoh di dalam tim, orang yang dijadikan panutan. Jangan berharap tim kamu disiplin dan tepat waktu kalo kita ngga gitu. Kamu adalah cerminan dari tim kamu.
Kesimpulan
Tutorial yang ku share diatas merupakan pengalamanku selama 5 tahun lebih di industri game, dan aku masih belajar banyak, dan perjalanan masing-masing orang pasti beda-beda, jadikan tutorial ini sebagai referensi aja, kalo sesuai ya alhamdulillah, kalo ngga juga ya gapapa, find your own success way. Thanks buat temen-temen yang udah baca sampe kelar, kalo tulisan ini membantu, jangan lupa komen, kalo mau request pembahasan lain boleh juga :), tetap berkarya dan semangat ngulinya temen-temen!!